Jakarta.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran menilai percepatan pembangunan proyek jalan tol yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memasuki fase baru pertumbuhan ekonomi terintegrasi.
Bagi MARTABAT, jalan tol bukan sekadar infrastruktur transportasi, melainkan pengungkit ekonomi yang dapat menghidupkan kawasan aglomerasi, terutama di wilayah Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur).
Baca Juga:
Kementerian PU Perkuat Penataan Kawasan Permukiman Tahun 2025
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa pembangunan 50 proyek tol PSN yang digencarkan pemerintah bukan hanya wujud keberlanjutan visi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, tetapi juga representasi dari arah pembangunan yang berorientasi pada pemerataan ekonomi kawasan.
“Pembangunan jalan tol PSN akan menjadi katalis bagi peningkatan produktivitas dan efisiensi logistik di semua simpul aglomerasi ekonomi. Ini bukan hanya proyek fisik, tetapi strategi besar membangun daya saing nasional,” ujar Tohom, di Jakarta, Sabtu (26/10/2025).
Menurut Tohom, wilayah Jabodetabekjur merupakan pusat aktivitas ekonomi yang kompleks dan saling terhubung.
Baca Juga:
Pertemuan Menteri Anggota OKI di Jeddah, Menteri Dody Ajak Perkuat Kerjasama Bidang Sumber Daya Air
Dengan adanya jalan tol PSN, konektivitas antara kawasan industri, pemukiman, dan pusat logistik akan semakin lancar.
Ia menilai, dampak jangka panjang dari proyek ini adalah transformasi struktur ekonomi kawasan metropolitan menuju sistem yang lebih terintegrasi, inklusif, dan efisien.
“Bayangkan jika seluruh ruas tol PSN di Jabodetabek bisa beroperasi optimal. Waktu tempuh antarwilayah akan terpangkas, biaya logistik turun, dan investor akan lebih percaya diri menanamkan modal di luar pusat kota Jakarta,” jelasnya.
Tohom juga menyinggung pentingnya konsistensi kebijakan lintas kementerian dalam menjaga keberlanjutan proyek-proyek PSN agar tidak tersendat di tengah jalan akibat faktor administratif atau pembebasan lahan.
Ia menilai, keberhasilan PSN tol bukan hanya pada penyelesaiannya, tetapi juga pada seberapa cepat proyek tersebut mampu memberi efek ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar.
“Efek dominonya akan luar biasa. UMKM di sepanjang koridor tol bisa tumbuh, kawasan hunian baru muncul, dan potensi pajak daerah meningkat. Inilah yang kami sebut efek aglomerasi produktif,” tambahnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch INI menilai pembangunan PSN tol harus diimbangi dengan tata ruang yang adaptif dan berkelanjutan.
Ia menekankan pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mengelola perkembangan kawasan baru yang muncul di sekitar ruas tol.
“Kalau hanya membangun tol tanpa menyiapkan tata kelola aglomerasi, maka akan muncul ketimpangan baru. Tapi jika dirancang dengan baik, PSN tol akan menjadi tulang punggung integrasi ekonomi Indonesia, bukan hanya Jabodetabekjur,” ujarnya.
MARTABAT Prabowo–Gibran, lanjut Tohom, mendorong agar pemerintah memastikan setiap proyek strategis jalan tol memiliki nilai tambah langsung bagi masyarakat, mulai dari penyediaan akses ke kawasan produktif, peningkatan nilai tanah, hingga peluang kerja di sekitar simpul ekonomi baru.
“Visi besar pemerintahan Prabowo–Gibran adalah menciptakan konektivitas yang menyatukan potensi ekonomi daerah. Jalan tol PSN adalah manifestasi nyata dari visi itu,” pungkas Tohom.
Pemerintah sendiri melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 16 Tahun 2025 telah menetapkan 226 Proyek Strategis Nasional dan 25 Program Strategis Nasional, di mana 50 di antaranya merupakan proyek jalan tol yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Beberapa ruas utama seperti Tol Jakarta–Cikampek II, Tol Gedebage–Tasikmalaya–Cilacap (Getaci), serta Tol Akses Patimban diharapkan menjadi tulang punggung jaringan transportasi yang memperkuat integrasi ekonomi nasional.
Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia tengah bergerak menuju era baru pembangunan infrastruktur yang bukan hanya mempercepat mobilitas, tetapi juga menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru yang berkelanjutan.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]