JAKARTA.WAHANANEWS.CO – Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto pada 21 Februari 2025 lalu memberikan plakat pencanangan kepada RW 09 di Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan sebagai Kampung Lingkungan dan Arsitektural Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Jakarta Barat.
RW 09 melalui Komunitas A-Green yang berada di Blok A7 dianggap tidak hanya sekadar kebun, tapi benar-benar dikelola secara arsitektur yang mempunyai masterplan.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Tekad Pemprov Bali Jadi Destinasi Wisata Bebas Sampah Dunia
Tak hanya itu, Pemkot Jakarta Barat juga melihat bahwa A-Green ditata tidak hanya berdasarkan produksinya dalam mengurangi atau mengelola sampah, namun keindahan dan kenyamanan, termasuk secara sosial A-Green berfungsi secara edukasi.
Atau dengan kata lain, pengelolaan sampah di A-Green telah dilakukan secara holistik.
Plakat Pencanangan ini ditandatangani oleh Wali Kota Jakarta Barat dan diberikan bersamaan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 kepada Andy Tjahja (64), Pengelola A-Green atas nama RW 09 Kelurahan Meruya Utara.
Baca Juga:
Bank Kalsel Serahkan Bantuan CSR Mesin Pengelolaan Sampah untuk Banjarmasin
Seperti apa seluk-beluk A-Green, yang kini dicanangkan sebagai sebagai Kampung Lingkungan dan Arsitektural Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Jakarta Barat?
Sejarah
Awalnya A-Green merupakan sebuah lahan fasilitas umum (fasum) kosong yang diserahterimakan develover kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 1998.
Karena masih kosong pada waktu itu, lahan ini pun dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Bahkan, sewaktu-waktu warga juga ikut membakar sampah di lahan tersebut.
“Dulu jadi lahan kosong. Kemudian jadi tempat pembuangan sampah warga, tentunya kotor sekali dan bau. Sewaktu-waktu ada warga yang iseng bakar sampahnya juga. Sudah bau dan kotor, ditambah lagi bonus asap pembakaran sampah,” kata Andy dalam bincang santai dengan JAKARTA.WAHANANEWS.CO di lokasi, Sabtu (7/6/2025).
Menurut Andy, sampah yang terus menumpuk itu tidak hanya berasal dari warga komplek, warga luar komplek pun ikut membuang sampah di lahan itu.
Resah Bau Sampah
Keresahan warga semakin kuat karena petugas gerobak menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sebelum diangkut ke tempat pembuangan sampah Bantar Gebang dan bau tak sedap dari sampah yang kian hari kian menggunung.
Andy, yang saat itu menjadi Ketua RT 04/RW 09 berusaha melaporkan keresahan warganya kepada Lurah, Camat, Dinas Pertamanan dan Kehutanan, hingga ke Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang saat itu menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Keresahan warga sekitar lahan ini terus berlanjut hingga 2017.
Akhirnya mereka pun melalui swadaya dan gotong royong mulai membersihkan sampah tanpa melibatkan RT-RT dan RW 09.
“Akhirnya kita dengan swadaya, gotong royong, berkumpul untuk membersihkan sampah. Jadi benar-benar murni warga yang dekat tempat sampah. Bahkan pada awalnya RT lain dan RW tidak dilibatkan. Karena ini warga yang disini sudah tersiksa sekali. Jadi tentu yang digerakkan warga yang sekeliling ini dulu,” ujar pria lulusan arsitektur dari Belgia ini.
Sebanyak 25 truk sampah berhasil diangkut dari lokasi dengan swadaya sendiri, dengan biaya patungan warga sekitar.
“Karena keresahan itulah sebenarnya yang mendorong kami dari awal hingga saat ini jadi senang sama lingkungan hidup. Karena keresahan. Jadi bukan tiba-tiba kami jadi senang sama lingkungan hidup. Artinya memang ada penyebabnya,” ujar pria kelahiran Medan, Sumatera Utara itu.
Setelah sampah berhasil diangkut ke luar komplek, Andy bersama warga lain kembali memutar otak.
Memanfaatkan lahan yang awalnya tempat pembuangan sampah menjadi tempat bercocok tanaman produktif. [WAHANANEWS / TIO]
Andy mulai menawarkan kepada warga sekeliling untuk memanfaatkan lahan 1.200 meter persegi itu menjadi lahan produktif seperti bercocok tanam sayuran.
Komunitas A Green
Akhirnya warga sekitar lahan sepakat membentuk komunitas A-Green dengan kegiatan bercocok tanam singkong, kangkung, caisim, kailan, dan tanaman lainnya.
“Awalnya kita coba bercocok tanam. Nanti kita mikir, oh pupuknya dari mana? Kita mulai bikin kompos dari sampah-sampah warga yang ditumpuk di sebuah lubang sampai membusuk,” kenang Andy.
Setelah berjalan dua tahun, A-Green mulai bersinergi dengan Sudin LH Jakarta Barat dengan adanya bantuan mesih pencacah sampah.
“Berjalan swadaya murni. Tidak ada bantuan, benar-benar usaha sendiri dan tenaga sendiri. Setelah dua tahun kami dapat bantuan mesin pencacah sampah dari Sudin LH Jakarta Barat,” ungkapnya.
Andy mengaku bahwa apa yang A-Green lakukan setelah beberapa tahun itu tidak sepenuhnya mendapat dukungan warga sekitar termasuk memberikan bantuan dana.
“Kalau bantuan, enggak ada yang mau bantu kami, karena masih berantakan, dan enggak ada orang yang percaya, kalau kita mau minta bantuan, warga takut dikemanain nanti bantuan itu,” kata dia menjelaskan.
Seiring berjalannya waktu, A-Green terus melakukan kegiatan-kegiatan produktif serta inovatif meski masih swadaya warga, berdikari sendiri tanpa bantuan siapa-siapa.
Kali ini, Andy berpikir bagaimana tanaman yang dibudidayakan di lahan itu dapat kembali dikonsumsi warganya, bahkan dapat menambah pundi-pundi kas A-Green.
Membudidayakan tanaman sayuran hidpronik se-ekonomis mungkin. [WAHANANEWS /TIO]
A-Green mulai membudidayakan tanaman hidroponik yang dilakukan se-ekonomis mungkin.
“Pupuknya kita enggak beli, kita pakai pupuk dari sampah dapur organik warga. Artinya kita membuat beberapa siklus tertutup. Contohnya, setiap pagi habis masak, warga membawa sampah-sampah dapurnya untuk dimasukkan ke tempat komposter hingga membusuk bisa jadi pupuk untuk tanaman-tanaman di lahan,” jelasnya.
“Jadi pupuknya sudah gratis alias ngak usah beli. Setelah sayurnya besar, warga bisa membeli sayur tersebut untuk dikonsumsi. Sisa makanan yang dimakan itu dibawa lagi ke komposter untuk diolah jadi pupuk. Itulah namanya siklus tertutup. Jadi muter-muter di sini aja sampah itu,” imbuhnya.
Di A-Green ini juga ditanami tanaman-tanaman obat kesehatan keluarga mulai dari jarak, lavender, mangkokan, sambung nyawa, serta tanaman obat lainnya yang dapat dipergunakan warga, serta untuk dijual.
Selain tanaman sayuran dan kesehatan, A Green juga mempunyai kolam mini budidaya ikan lele dan ikan nila.
Bibit ikan-ikan ini bisa didapat dari bantuan sudin Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) atau dibeli dengan kocek kas A-Green.
Kata Andy, proses budidaya ikan ini sama dengan proses pengelolaan sampah untuk tanaman-tanaman tadi melalui siklus tertutup.
“Sampah dapur warga dikasih makan ke magot. Magotnya ini nanti kalau sudah banyak dan lebih bisa dikasi jadi makanan ikan. Karena protein ikannya banyak, ikan pun cepat besar. Lalu dipanen dan dijual lagi ke warga. Warga makan ikan, lalu sisa sampahnya kembali diolah lagi. Begitu seterusnya menjadi siklus tertutup,” ungkap Andy.
Menurut Andy, A-Green punya prinsip bagaimana agar sampah-sampah organik warga ini tidak perlu ke luar atau dibuang ke Bantar Gebang.
Sampah-sampah itu sebisa mungkin diolah dan dipergunakan kembali untuk kebutuhan tanaman dan budidaya ikan.
Meski sukses menyulap lahan yang dulunya jadi tumpukan sampah jadi lahan produktif, Andy menyebut apa yang dilakukan A-Green ini belum sepenuhnya membuat warga di RW 09 sadar lingkungan.
“Untuk kasih orang semua sadar satu RW itu kayaknya mustahil ya. Tapi dengan semaksimum mungkin melalui kegiatan-kegiatan produktif A-Green, tingkat kesadaran warga terhadap lingkungan terus bertambah,” jelasnya.
Andy menjelaskan A-Green ini awalnya diinisiasi oleh 5 orang warga.
Hingga saat ini, anggota A-Green telah memiliki kurang lebih 160 orang dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Kemudian, khusus sampah-sampah anorganik, A-Green juga mengumpulkannya dari warga di dua gudang yang telah disiapkan.
Termasuk sampah bahan berbahaya beracun (B3) seperti sampah medis ikut dikumpulkan sesuai program Sudin LH Jakarta Barat
“Itu sampah B3 selalu kita pisahkan dalam gudang, supaya nanti waktu petugas datang ke bank sampah kita titip untuk ditangani ke penyedia jasa B3 Berizin melalui Sudin LH Jakarta Barat ,” ungkapnya.
Di tempat ini, A-Green juga mengolah sampah plastik saset, mie, kopi dan sejenisnya untuk dibuat jadi kaki bangku dan kaki wastafel.
“Sampah saset dan lain-lain ini kan nggak ada harganya. Mau dikasih ke bank sampah juga nggak ada harganya. Nggak ada yang mau nyimpan. Sampah saset ini digunting kecil-kecil lalu dimasukkan dan dipadatkan ke dalam botol plastik minuman. Kita bikin jadi bangku, jadi kakinya wastafel. Jadi benar-benar sampah tidak ada yang terbuang,” jelas Andy.
Tidak hanya itu saja, di A-Green kata Andy, sudah didukung dengan energi terbarukan untuk listrik dengan teknologi solar panel.
Mangkokan, tanaman obat keluarga yang bermanfaat untuk kesehatan juga ditanaman di A-Green. [WAHANANEWS / TIO]
Selain kegiatan pengelolaan sampah, A-Green juga punya segudang kegiatan kesehatan warga yang semuanya dilakukan di lahan tersebut.
Ada kegiatan senam pagi, taekwondo, olahraga pingpong, Tai Chi, juga seminar-seminar kesehatan untuk lansia.
Ada juga komunitas KAPeL-A atau Kelompok Anak Pencinta Lingkungan A-Green.
Untuk rencana ke depan, diungkap Andy, mempertahankan apa yang telah dilakukan A-Green hingga saat ini merupakan sesuatu hal yang sudah cukup baik.
Pasalnya, memulai kegiatan ini saja benar-benar dari nol.
“Kami betul-betul dari nol, bukan orang yang concern tentang lingkungan. Akhirnya kita mulai karena keresahan, ya akhirnya kita jadi senang juga. Sekarang tempat ini jadi bersih dan nyaman,” jelasnya.
Semua warga yang telah masuk dalam grup A-Green selalu diimbau untuk berbagi informasi kegiatan yang dilakukan di tempat ini kepada teman, saudara, maupun keluarga mereka dimana pun tinggal.
“Kami pengelola juga kerap diundang untuk berbagi pengalaman dalam hal pengelolaan sampah di berbagai kegiatan penyuluhan. Ada dari kampus, kementerian, dan perusahaan-perusahaan swasta. Sebaliknya ada juga yang berkunjung ke A-Green untuk melihat langsung contoh pengelolaan sampah secara holistic,” ungkapnya.
Penghargaan
Ungkapan yang menyebut usaha tidak menghianati hasil benar-benar dibuktikan Andy bersama pengelola A-Green.
Sejumlah penghargaan diraih hingga kerap dijadikan model percontohan dalam hal pengelolaan sampah.
Tahun 2023, RW 09 melalui A-Green pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup RI sebagai Lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) Kategori Utama yang telah aktif melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara terintegrasi sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pengendalian perubahan iklim.
A-Green ini juga pernah dipilih sebagai salah satu lokasi unggulan di Jakarta Barat untuk Penilaian Penghargaan Adipura 2023.
Plakat Pencanangan dari Wali Kota Jakarta Barat sebagai Kampung Lingkungan dan Arsitektural. [WAHANANEWS / A-GREEN]
Kemudian, pada tahun yang sama, Suku Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta Barat pernah memberikan apresiasi kepada Komunitas A-Green sebagai penggerak kegiatan lingkungan hidup di Kota Adminuistrasi Jakarta Barat.
Penghargaan Jakarta Lestari kategori Pelestarian Lingkungan pernah juga diraih A-Green dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pernah juga memberikan penghargaan ucapan terima kasih kepada Andy Tjahja selaku Pengelola A-Green sebagai Peserta Penghargaan Kalpataru 2024.
Dalam penghargaan ini, Andy dianggap sukses memberikan inspirasi bagi segenap warga dan masyarakat luas sehingga lebih banyak lagi orang yang peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Dan yang teranyar yaitu Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto mencanangkan RW 09 sebagai Kampung Lingkungan dan Arsitektural Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Jakarta Barat.
Kerja Sama Universitas
Sejumlah kampus di tanah air juga kerap membuat A-Green menjadi ajang magang para mahasiswanya.
Ada Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas Negeri Sumatera Lampung, dan Universitas Muhamadiah Prof. Dr. Hamka Jakarta.
A-Green dan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) pernah menandatangani kerja sama sebagai bentuk keseriusan kedua belah pihak untuk menumbuhkan semangat dan kepedulian kepada kesehatan masyarakat.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Di tempat terpisah, Achmad Hariadi Kepala Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat memberikan apresiasi terhadap capaian A-Green dalam hal pengelolaan sampah.
Andy bersama warga sekitar yang terus komit dalam mengelola sampah warga di sumbernya. [WAHANANEWS / TIO]
“Capaian ini hendaknya jadi inspirasi bagi RW lainnya di Jakarta Barat dalam menggerakan pengelolaan sampah di lingkup RW terutama dalam momentum memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) setiap tanggal 5 Juni setiap tahunnya,” kata Hariadi kepada JAKARTA.WAHANANEWS.CO, di Cengkareng, Minggu (8/6/2025).
Hariadi menambahkan bahwa tujuan Hari Lingkungan Hidup Sedunia adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan, mengajak aksi nyata individu, komunitas, pemerintah, dan sektor swasta untuk mengatasi tantangan lingkungan global, hingga mendorong kebijakan dan praktik ramah lingkungan.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025, kata Hariadi, akan digelar di Kampung Lingkungan dan Arsitektural Pengelolaan Sampah Berkelanjutan RW 09 Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat yang rencananya akan dilaksankan pada Kamis, 12 Juni mendatang.
Kegiatan ini dirangkai dengan kegiatan Sarasehan Forum Sahabat Proklim DKI Jakarta dengan sejumlah agenda kegiatan, seperti penanaman pohon, aksi bersih-bersih lingkungan, seminar dan kampanye kesadaran, pameran produk ramah lingkungan, dan diskusi publik dan peluncuran kebijakan.
“Hari Lingkungan Hidup Sedunia menjadi momen penting untuk merefleksikan dampak aktivitas manusia terhadap bumi dan menjadi ajakan kolektif untuk bertindak demi masa depan yang lebih berkelanjutan,” pungkas Hariadi.