WahanaNews Jakarta.co - Budi daya maggot sangat penting ditingkat Kelurahan agar dapat dicontohkan dilingkungan warga, harapan Pemprov Daerah Khusus Jakarta (DKJ) agar sampah warga berkurang.
Salah satu contoh, tampak terlihat dalam foto, bahwa Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan melakukan budi daya maggot di kantor Kelurahan setempat. Budi daya ini dilakukan sebagai contoh kepada warga terkait upaya mengurangi sampah sejak dini.
Baca Juga:
Panca Darmansyah, Pelaku Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Didakwa Pembunuhan Berencana
Dalam kesempatan ini, Lurah Jagakarsa Muhammad Hasan mengatakan, sejak tahun 2021 lalu sebenarnya pihaknya telah melakukan inovasi dan gagasan untuk pengolahan sampah dapur atau sisa makanan dengan melakukan budi daya maggot atau larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF). Sehingga, sering disebut maggot BSF, katanya kepada wartawan.
"Tentunya Budi daya maggot dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah di lingkungan masyarakat, dengan adanya budi daya maggot ini kita harapkan bisa mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPST Bantar Gebang," ujarnya, Kamis (13/2/2025).
Ia menjelaskan, maggot dapat mengonsumsi sampah dapur hingga 35 hingga 50 kilogram per harinya. Tentunya jika dihitung dalam sebulan, jumlahnya bisa lebih banyak lagi sampah yang berkurang, pungkas Hasan.
Baca Juga:
Sidang Perdana Kasus Ayah Bunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel
Menurutnya, saat masyarakat membuang makanan dan sampah ke pekarangan atau tempat pembuangan sampah dan terkubur maka sampah yang berada paling bawah mengalami pembusukan.
"Pembusukan ini membentuk gas metana yang dapat merusak lapisan ozon bumi. Sebab, gas tersebut termasuk gas-gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim," jelas Hasan.
Ia berharap, budi daya ini bisa juga ditiru oleh warga. Pasalnya, selain dapat membantu mengatasi persoalan sampah, budi daya maggot juga dapat menjadi sumber penghasilan.
Disela-sela kegiatan budi daya Maggot Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan Kelurahan Jagakarsa, Muhammad Ngasri, menerangkan, saat ini Budi daya maggot yang berhasil dibudidayakan di Kelurahan Jagakarsa mencapai 2-3 kilogram per hari, ucapnya.
"Hasil budi daya maggot digunakan untuk pakan ikan lele, saat ini tampak kita lihat ada Kolam Ketahanan Pangan berukuran 1,5 x 1 x 2 meter dan sebanyak 1.000 ekor ikan lele di masukkan dalam kolam ini," terang Ngasri kepada wartawan.
Ia menuturkan, dengan adanya Budi Daya Maggot dapat menghemat pengeluaran biaya pakan lele hingga 50 persen. Sehingga, budi daya maggot memang memberikan keuntungan ekonomi. "Biasanya kami membeli pakan sampai empat karung namun kini hanya dua karung saja," jelasnya.
Ngasri menjelaskan, sudah ada beberapa pihak yang bersedia menampung maggot hasil budi daya dari Kelurahan Jagakarsa dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. Maggot mengandung protein tinggi, berkisar 30-45 persen. Sehingga, sangat cocok dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ikan, burung, dan hewan lainnya, ucapnya tersenyum.
"Untuk saat ini, belum kita jual karena masih difokuskan untuk kebutuhan pakan lele di kolam ikan yang ada di kelurahan," lanjutnya.
Hasil panen lele, kata Ngasri, biasa dibagikan kepada warga maupun tenaga Penyediaan Jasa Lainnya Orang Perorangan untuk membangun pemenuhan konsumsi gizi. Kita terus sosialisasikan agar warga ikut budi daya maggot.
Maggot BSF ini kita bisa jual dalam bentuk segar, kering, telur dari lalat BSF dan produk turunannya seperti tepung maggot, pelet maggot, prebiotik, serta pupuk organik," tandas Ngasri.
[Redaktur: Alpredo]