Menurut Tohom, inilah wajah kota modern yang memadukan rekreasi, budaya, dan ekonomi rakyat.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa Jakarta harus dipandang sebagai pusat gravitasi kawasan Jabodetabekjur.
Baca Juga:
Sambut Nataru, PLN dan Mitra Siapkan 4.514 SPKLU di 2.862 Titik serta 69.000 Personel di 3.392 Posko Nasional, ALPERKLINAS: Mobil Listrik Aman Dibawa Mudik
Setiap kebijakan besar di Jakarta, termasuk pengelolaan Nataru, akan berdampak langsung pada mobilitas, konsumsi, dan stabilitas sosial wilayah sekitarnya.
“Kalau Jakarta hidup, kawasan penyangga ikut bergerak. Tapi itu mensyaratkan tata kelola yang kolaboratif—transportasi terintegrasi, manajemen keramaian yang tertib, serta ruang publik yang ramah bagi semua lapisan,” jelasnya.
Tohom juga mengingatkan bahwa keberhasilan Jakarta sebagai destinasi Nataru akan menjadi referensi nasional dalam mengelola kota besar di tengah mobilitas tinggi masyarakat.
Baca Juga:
Memastikan Keamanan Pasokan BBM Selama Libur Nataru dan Libur Sekolah
Ia mendorong agar agenda semacam ini tidak bersifat seremonial, melainkan berkelanjutan dan terhubung dengan visi jangka panjang pembangunan perkotaan.
“Jakarta sedang diberi kesempatan untuk membuktikan diri sebagai rumah liburan bersama. Jika ini berhasil, maka Jakarta bukan hanya simbol pemerintahan, tetapi juga simbol kebersamaan dan pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menegaskan Jakarta terbuka bagi siapa pun yang ingin menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru di Ibu Kota.