JAKARTA.WAHANANEWS.CO – Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Romo Samuel Pangestu, mengajak umat Gereja Trintias Paroki Cengkareng agar saling mengasihi sebagai warisan gereja diwariskan di tengah-tengah keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
“Warisan gereja kepada kita sesuatu yang hebat yaitu untuk saling mengasihi. Ini harus kita wariskan di tengah-tengah keluarga, lingkungan, dan masyarakat. Ini adalah warisan Yesus kepada kita sebagai umat-Nya,” kata Romo Samuel, saat menyampaikan kotbah dalam perayaan Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus, sekaligus perayaan HUT ke-47 Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng, di Gereja Katolik Trinitas, Jakarta Barat, Minggu (15/6/2025).
Baca Juga:
Kabel CCTV Tertimpa Pohon di Jakarta Barat, Begini Penjelasan Jakarta Smart City
Romo Samuel menjelaskan warisan memberikan pendidikan yang tinggi kepada anak-anak adalah sesuatu yang penting, namun mewariskan semangat saling mengasihi ini di tengah-tengah keluarga, lingkungan dan masyarakat jauh lebih penting.
“Pendidikan anak yang sangat tinggi hingga S-3 kelak bisa menjadi ‘monster’ jika kita tidak mewariskan semangat saling mengasihi, saling peduli kepadanya,” tegas Romo Samuel.
Romo Samuel juga dalam kotbahnya mengingatkan bahwa tantangan dunia saat ini, bahkan di dalam gereja sekali pun adalah kita cenderung sebagai manusia menjadi Allah bagi diri kita dan orang lain.
Baca Juga:
Satpol PP Jakbar Tertibkan PKL di Sekitar RSUD Cengkareng
Ini menjadi masalah karena kita tidak mengimani Allah Tri Tunggal Maha Kudus itu. Kita cenderung menganggap Allah adalah diri kita sendiri.
“Pokoknya aku, yang lain saya tidak mau. Gereja Katolik pun menganggap Allah dirinya sendiri, tak mendengar Tuhan. Yang penting gereja,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Romo Samuel, penting ada dialog. Penting ada penegasan bersama dalam Roh Kudus. Roh yang membuat kita mengerti apa yang diajarkan Yesus kepada kita.
Bahkan, diungkap Romo Samuel, di tengah-tengah keluarga juga harus menerapkan dialog, kebersamaan, dan saling mengasihi sebagai warisan gereja.
“Di keluarga juga begitu, pokoknya aku yang mengambil keputusan. Tidak ada dialog dengan anak-anak. Selain warisan pendidikan tinggi, perlu kita tambahkan warisan untuk saling mengasihi, saling peduli dan saling memperhatikan dalam keluarga, termasuk kepedulian kepada lingkungan atau alam. Anak memperhatikan orangtua, sebaliknya juga,” tambahnya.
Gereja Katolik Trinitas Paroki Cengkareng yang hari ini berkarya selama 47 tahun, bahkan sudah mempunyai ‘anak’ dan ‘cucu’, Romo Samuel juga mengingatkan agar karya tersebut bukan untuk diri kita sendiri, tapi kita diutus untuk bersaksi dalam keluarga, dan masyarakat.
Romo Samuel juga mengungkapkan agar Roh Kudus yang mempersatukan kita dalam gereja Katolik Trinitas supaya bersama-sama menjadi damai, tenteram, dan sejahtera bukan hanya untuk segelintir orang.
“Paroki kita harus seperti itu, jangan ada stunting di paroki ini, jangan biarkan pra sejahtera di sini. Itu bentuk kepedulian kita mulai dari keluarga, saling perhatian dan peduli. Percuma kita bicara Tri Tunggal Maha Kudus kalau tidak ada wujudnya dalam kehidupan keseharian kita. Ukurannya kalau kita percaya kepada Tri Tunggal Maha Kudus, adalah persatuan, persaudaraan, dan damai sejahtera terjadi di gereja ini, di keluarga kita,” ungkap Romo Samuel.
Terakhir, Romo Samuel berharap berkat doa-doa kita semua, umat Paroki Trinitas terus berjuang mewujudkan iman di dalam maupun di luar gereja, di keluarga, lingkungan, dan masyarakat dimana pun kita berada.
“Semoga kita menjadi nabi-nabi yang menyuarakan kebenaran. Dan di ulang tahun ke-48 mendatang, Paroki Trinitas menjadi paroki yang dahsyat penuh bahagia, sukacita, dan damai sejahtera,” tutup Romo Samuel.