Sebagai contoh stok kWh meter untuk penyambungan baru pelanggan atau Miniatur Circuit Breaker (MCB) yang dibutuhkan untuk penambahan daya.
Laju ketersediaan material ini sangat cepat membuat terkadang unit layanan kehabisan stok material tersebut, sehingga menyebabkan proses pelayanan kepada pelanggan menjadi tertunda.
Baca Juga:
Prabowo Buka Peluang Tak Lanjut ke 2029 Jika Tak Capai Target
"Ujung-ujungnya ini berdampak pada tidak optimalnya pelayanan kepada masyarakat," jelasnya.
Selain itu, Darmawan juga menemukan bahwa material maupun aset yang sudah terpasang, namun karena satu dan lain hal harus dikembalikan juga belum terkelola melalui sistem digital dan masih dikelola secara manual.
"Apakah aset tersebut masih bisa digunakan di tempat lain (relokasi) atau sudah rusak, tetapi masih bisa diperbaiki atau bisa juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Ini juga perlu dikelola dengan baik melalui sistem digital," terangnya.
Baca Juga:
Wabah Rabies Tewaskan 91 Orang di Pulau Timor, Meluas ke Timor Leste
Darmawan lantas membentuk tim task force digitalisasi pengelolaan inventori untuk bisa segera menyelesaikan persoalan.
Ia mengatakan perlu ada tinjauan dan laporan yang day to day agar pengawasan bisa lebih optimal.
Darmawan berharap seluruh proses bisnis pengelolaan inventori di gudang PLN menjadi lebih simpel, rapi, proaktif dalam memastikan ketersediaan material dan akuntabel.