WahanaNews-Jakarta | Terdapat banyak tempat menarik yang dapat dikunjungin sambal berjalan santai di sepanjang Jalan Cikini, Jakarta Pusat.
Bukan hal baru lagi jika kawasan ini punya banyak cerita yang disimpan rapi di setiap bangunannya.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Apa saja ya? Yuk, simak 5 tempat jadul kota Cikini yang kental akan nuansa masa lalu berikut ini:
1. Museum Joang 45
Gedung yang awalnya merupakan bangunan hotel ini menyimpan banyak benda bersejarah terkait kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
Mulai dari tandu Jenderal Sudirman hingga koleksi mobil pertama presiden dan wakil presiden Republik Indonesia, bisa kamu temui di museum ini.
Dibangun sekitar tahun 1920-1938, Gedung Joang 45 dulunya dikelola seorang warga keturunan Belanda, L.C. Schomper, dan diberi nama Schomper Hotel.
Di sisi lain, Museum Joang juga pernah menjadi markas program pendidikan "Pemoeda Menteng 31" yang menjadi aktor dibalik penculikan Soekarno, Hatta, dan Fatmawati ke Rengasdengklok sehari sebelum kemerdekaan RI.
2. Kantor Pos Indonesia
Berdiri tahun 1920, Tjikini Post Kantoor dibangun guna melayani pengiriman, serta menjamin keamanan surat dan barang penduduk, khususnya bagi pedagang yang datang dari luar Pulau Jawa.
Keunikan arsitektur bergaya kolonial yang masih sangat kental, membuat bangunan ini berbeda dari kantor pos lainnya.
Secara operasional, saat ini Tjikini Post Kantoor memiliki fungsi yang sama dengan kantor pos umumnya, baik dari pelayanan hingga pengiriman surat dan barang.
Bahkan, sejak tahun 2014, Kantor Post Cikini telah beroperasi selama 24 jam setiap harinya untuk melayani pelanggan.
3. Bakoel Koffie
Tempat berikut ini sangat cocok untuk memanjakan lidah dan mata. Sembari ngopi-ngopi santai, pengunjung disajikan pemandangan Jalan Cikini yang bisa dilihat langsung dari jendela besar di dalam kafe.
Sejarah Bakoel Koffie dimulai pada abad ke-19 ketika seorang imigran dari Guangdong bernama Liauw Tek Soen dan istrinya yang merupakan warga Indonesia asli mendirikan warung nasi di daerah Molenvliet Oost (sekarang Jalan Hayam Wuruk 56-57 Jakarta Barat).
Kala itu, ada seorang pedagang menawarkan biji kopinya kepada Tek Soen, sehingga ia mulai menjual kopi. Biasanya kopi hanya dijual kepada saudagar Belanda untuk dinikmati kalangan atas orang-orang Belanda.
Sejak itu, Liauw Tek Soen membeli biji kopi dari seorang perempuan yang membawanya dengan bakul. Ternyata, justru kopilah yang menjadi minuman kopi favorit di warungnya.
4. Bekas Pabrik Tan Ek Tjoan
Konon, roti gambang produksi Tan Ek Tjoan masuk dalam 10 roti terenak di dunia. Roti ini memiliki rasa khas gula merah, bertekstur keras di luar, tetapi lembut di dalam. Roti gambang diproduksi untuk makanan sehari-hari warga Belanda yang ada di Bogor.
Di tepi Jalan Cikini, pengunjung bisa melihat bekas pabrik Tan Ek Tjoan yang masih berdiri kokoh. Nah, tak jauh dari lokasi tersebut, biasanya ada pedagang gerobak roti Tan Ek Tjoan yang menjajakan roti legendaris ini.
5. Rumah Raden Saleh
Pada tahun 1852 Raden Saleh merancang sendiri rumahnya dan menghuni bangunan tersebut hingga tahun 1862.
Raden Saleh adalah bangsawan yang terkenal lewat karya seni lukisannya yang menakjubkan, salah satunya yaitu Lukisan Penangkapan Pangen Diponegoro.
Berada di kompleks RS PGI Cikini, bangunan cagar budaya tersebut kental akan nuansa klasik yang terlihat dari ornamen-ornamen keramik dan lantai kuno di dalamnya.
Terdapat sejarah yang cukup panjang dari Rumah Raden Saleh, hingga akhirnya berubah menjadi Yayasan Kesehatan Cikini saat ini.
Sayangnya, beberapa sisi bangunan bersejarah ini sudah sangat mengkhawatirkan karena kerusakan di sejumlah titik yang butuh perbaikan.[non]