WAHANANEWS.CO, Jakarta - MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut positif masuknya delapan ritel asing baru yang akan membuka gerai di berbagai mal premium di Jakarta.
Organisasi Relawan Nasional ini menilai fenomena tersebut menjadi bukti nyata bahwa kawasan aglomerasi Jabodetabek semakin mendekati status kota global, dengan berbagai pilihan ritel internasional yang semakin beragam.
Baca Juga:
Dinilai Aktif Mendukung Pergerakan Zakat, Wakil Gubernur Kepri Terima Penghargaan di Baznas Award 2025
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, mengungkapkan bahwa kehadiran ritel asing ini tidak hanya menambah variasi bagi konsumen, tetapi juga mengangkat citra dan daya saing mal-mal premium di Jakarta.
“Masuknya merek-merek global dari berbagai kategori, mulai dari makanan hingga lifestyle, menunjukkan kepercayaan internasional terhadap potensi pasar dan daya beli masyarakat Indonesia,” ujar Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch menambahkan, “Fenomena ini memperkuat posisi Jabodetabek sebagai pusat ekonomi modern sekaligus hub gaya hidup kelas dunia. Mal premium yang terus melakukan inovasi tidak hanya mempertahankan tingkat hunian tinggi, tetapi juga memberikan pengalaman belanja dan hiburan yang lebih lengkap, sehingga menarik perhatian konsumen lokal dan internasional.”
Baca Juga:
Hari Pelanggan Nasional 2025, BRI BO Jakarta Radio Dalam Jaga Kepuasan Nasabah
Menurut laporan, delapan ritel asing yang segera hadir di Jakarta antara lain: Samyuga (makanan, Lippo Mall Puri), Red Wings Shoes (sepatu dan fesyen, Lotte Mall Jakarta), Samsonite Black Label (fesyen dan apparel, Plaza Indonesia), Roborock (hobi dan lifestyle, Puri Indah Mall), Niku Niku Oh!Kome (makanan Jepang, Central Park), Chagee (F&B China, PIK Avenue, Mall of Indonesia, FX Sudirman, Puri Indah Mall, Blok M Plaza, Lotte Mart Jakarta), 88 Seoul by Cupbop (F&B, Central Park), dan Hennessy (F&B, Senayan City).
Fenomena ini juga mempertegas kesenjangan antara mal premium dan mal kelas bawah.
Mal premium mampu mempertahankan tingkat hunian di atas 80 persen, sedangkan banyak mal kelas bawah hanya berkisar 50–60 persen.