Jakarta.WAHANANEWS.CO - Gerakan Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran mengungkapkan bahwa langkah strategis industrialisasi di wilayah Karawang–Cianjur merupakan fondasi penting untuk mewujudkan transformasi ekonomi menuju Kota Global Aglomerasi Jabodetabekjur.
Menurut organisasi relawan ini, pembangunan kawasan industri yang terintegrasi dengan sistem transportasi, riset, dan pengelolaan lingkungan modern akan menentukan posisi Indonesia dalam persaingan ekonomi regional.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong KEK Sei Mangkei Jadi Magnet Investasi Industri Hijau
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai bahwa pengembangan Kawasan Industri Intan di Karawang harus dipandang sebagai bagian dari skenario besar industrialisasi lintas wilayah yang juga mencakup jalur logistik menuju Cianjur dan wilayah pendukung ekonominya.
“Jika konektivitas industri Karawang–Cianjur dirancang dengan visi metropolitan global, maka dampaknya bukan hanya pada serapan tenaga kerja, tetapi juga pembentukan ekosistem ekonomi baru yang berpusat di Aglomerasi Jabodetabekjur,” ujarnya, Senin (13/10/2025).
Tohom menuturkan bahwa kehadiran proyek seperti Kawasan Industri Intan, yang dirancang dengan konsep smart-green industrial park, perlu dikawal agar tidak hanya menjadi pusat produksi, tetapi juga pusat inovasi dan rantai suplai modern.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Metropolitan Rebana Salah Satu Kawasan Industri Terbaik di Indonesia
Ia menilai transformasi ekonomi tidak cukup hanya dengan mendirikan kawasan industri, namun harus disertai kebijakan keberlanjutan lingkungan, pusat penelitian, integrasi UMKM, dan kesiapan tenaga kerja lokal.
Dalam pandangan MARTABAT Prabowo-Gibran, arahan Presiden Prabowo Subianto yang mendorong percepatan pembangunan kawasan industri harus diterjemahkan secara teknis di lapangan, termasuk melalui Dokumen ANDAL, RKL, dan RPL yang kini tengah disusun oleh DLH Karawang bersama para pemangku kepentingan.
Bagi relawan, keberadaan dokumen lingkungan hidup bukan sekadar formalitas birokrasi, tetapi menjadi acuan agar industrialisasi tidak lahir sebagai sumber konflik lahan atau pencemaran.
Di sisi lain, industrialisasi Karawang–Cianjur dinilai sebagai instrumen pemerataan ekonomi di wilayah penyangga Jakarta.
“Dengan pengembangan jalur industri yang menghubungkan Karawang, Cianjur, hingga Bogor, maka rantai ekonomi tidak lagi berpusat di Jakarta, tetapi menyebar merata membentuk satu kesatuan metropolitan baru yang berdaya saing global,” kata Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa tantangan terbesar bukan soal investasi, tetapi komitmen konsistensi eksekusi.
Menurutnya, banyak proyek kawasan industri berhenti di konsep tanpa keberlanjutan.
“Kami mengingatkan bahwa proyek seperti ini harus dipantau dari hulu ke hilir. Dari dokumen lingkungan, perlindungan petani penggarap, hingga realokasi tenaga kerja lokal. Jika semua dikawal, maka Karawang–Cianjur bisa menjadi motor ekonomi Aglomerasi Jabodetabekjur,” tegasnya.
Ia menambahkan, konsep aglomerasi adalah tentang pembentukan jejaring ekonomi yang saling menopang.
Dengan demikian, industrialisasi bukan hanya proyek infrastruktur, tetapi pembentukan ekosistem ekonomi global yang menempatkan Karawang–Cianjur sebagai poros strategis baru.
Menutup pandangannya, Tohom menyampaikan bahwa MARTABAT Prabowo-Gibran memosisikan diri sebagai bagian dari masyarakat yang ingin terlibat secara konstruktif dalam proses transformasi ekonomi ini.
“Kami percaya industrialisasi Karawang–Cianjur akan menjadi momentum penting bagi kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur. Karena itu, kami berharap seluruh prosesnya dapat berjalan inklusif, membuka ruang bagi tenaga kerja lokal, serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tutupnya dengan nada optimistis.
[Redaktur: Mega Puspita]