Bahkan, diungkap Romo Samuel, di tengah-tengah keluarga juga harus menerapkan dialog, kebersamaan, dan saling mengasihi sebagai warisan gereja.
“Di keluarga juga begitu, pokoknya aku yang mengambil keputusan. Tidak ada dialog dengan anak-anak. Selain warisan pendidikan tinggi, perlu kita tambahkan warisan untuk saling mengasihi, saling peduli dan saling memperhatikan dalam keluarga, termasuk kepedulian kepada lingkungan atau alam. Anak memperhatikan orangtua, sebaliknya juga,” tambahnya.
Baca Juga:
Kabel CCTV Tertimpa Pohon di Jakarta Barat, Begini Penjelasan Jakarta Smart City
Gereja Katolik Trinitas Paroki Cengkareng yang hari ini berkarya selama 47 tahun, bahkan sudah mempunyai ‘anak’ dan ‘cucu’, Romo Samuel juga mengingatkan agar karya tersebut bukan untuk diri kita sendiri, tapi kita diutus untuk bersaksi dalam keluarga, dan masyarakat.
Romo Samuel juga mengungkapkan agar Roh Kudus yang mempersatukan kita dalam gereja Katolik Trinitas supaya bersama-sama menjadi damai, tenteram, dan sejahtera bukan hanya untuk segelintir orang.
“Paroki kita harus seperti itu, jangan ada stunting di paroki ini, jangan biarkan pra sejahtera di sini. Itu bentuk kepedulian kita mulai dari keluarga, saling perhatian dan peduli. Percuma kita bicara Tri Tunggal Maha Kudus kalau tidak ada wujudnya dalam kehidupan keseharian kita. Ukurannya kalau kita percaya kepada Tri Tunggal Maha Kudus, adalah persatuan, persaudaraan, dan damai sejahtera terjadi di gereja ini, di keluarga kita,” ungkap Romo Samuel.
Baca Juga:
Satpol PP Jakbar Tertibkan PKL di Sekitar RSUD Cengkareng
Terakhir, Romo Samuel berharap berkat doa-doa kita semua, umat Paroki Trinitas terus berjuang mewujudkan iman di dalam maupun di luar gereja, di keluarga, lingkungan, dan masyarakat dimana pun kita berada.
“Semoga kita menjadi nabi-nabi yang menyuarakan kebenaran. Dan di ulang tahun ke-48 mendatang, Paroki Trinitas menjadi paroki yang dahsyat penuh bahagia, sukacita, dan damai sejahtera,” tutup Romo Samuel.