Misalnya, data tentang pola curah hujan, siklus air, dan kebutuhan pupuk sehingga dapat memungkinkan petani membuat keputusan yang lebih cerdas, seperti tanaman apa yang akan ditanam untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan kapan waktu panen.
Hal ini pada akhirnya meningkatkan volume hasil pertanian dan keuntungan finansial mereka.
Baca Juga:
BRIN Lakukan Riset Konversi Pembangkit Listrik Batu Bara Menjadi Nuklir
Dengan sifat kontrak pintar dalam blockchain, teknologi dibuat untuk memberikan keandalan dan keamanan database.
Selain itu, karena teknologi blockchain terdesentralisasi dan terbuka, ini berarti data lebih dapat diakses oleh semua orang di dalam sistem.
Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, tidak dapat dipungkiri bahwa pertambahan kebutuhan pangan akan berakselarasi secara signifikan. Oleh karena itu, industri pertanian perlu mempertimbangkan penggunaan teknologi cryptocurrency dan blockchain demi mengejar pemenuhan kebutuhan pangan dunia dengan sistem produksi yang inovatif.
Baca Juga:
Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT: Polisi Ungkap 13 Momen Penting dalam Rekaman CCTV
International Blockchain Olympiad, didirikan pada tahun 2017, adalah kompetisi global tahunan yang mengundang siswa seluruh dunia untuk menggali usulan solusi nyata bagi masalah dunia dengan memanfaatkan teknologi blockchain.
Masalah produksi pertanian seperti di atas adalah salah satu contoh masalah dunia yang dapat terbantu dengan teknologi blockchain.
Collin Junus adalah siswa Indonesia pertama yang berhasil mencapai babak final dunia (satu dari dua belas finalis delegasi internasional) untuk mewakili Indonesia pada kompetisi International Blockchain Olympiad (IBCOL) tersebut yang terakhir kali diadakan pada Oktober 2021. Dalam kompetisi yang diikuti 1000 lebih siswa dari 60-an negara tersebut, pelajar Jakarta Intercultural School berusia 17 tahun ini mengangkat penelitian tentang teknologi blockchain dalam membantu meningkatkan proses operasi dan profitabilitas pertanian di negara berkembang seperti Indonesia.