Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menggarisbawahi pentingnya tata kelola berbasis data dan prediksi keramaian.
Ia menilai lonjakan kunjungan ke PIK menjadi pengingat bahwa manajemen kapasitas destinasi harus diantisipasi lebih matang.
Baca Juga:
Menteri Koperasi Sebut 71 Ribu Koperasi Desa Telah Terbentuk, MARTABAT Prabowo-Gibran Ingatkan Kembali agar Masalah Sampah Dilibatkan
“Kita tak ingin wisatawan datang, lalu kecewa karena macet dan antrean panjang. Di sinilah pentingnya integrasi antar moda transportasi, teknologi informasi dalam sistem reservasi, hingga manajemen crowd control berbasis real-time,” paparnya.
Tohom juga menilai perlunya insentif kebijakan dari pemerintah pusat agar sektor pariwisata di kawasan aglomerasi menjadi prioritas lintas kementerian.
“Jangan sampai pariwisata hanya dilihat sebagai sektor hiburan. Ini sektor ekonomi strategis yang menyerap tenaga kerja, menghidupkan UMKM, dan memperkuat identitas lokal,” jelasnya.
Baca Juga:
Batas Wilayah Disepakati, MARTABAT Prabowo-Gibran Dukung Otorita IKN Jadi Pemda Khusus Tahun 2028
Jika sektor pariwisata dikelola dengan visi kebangsaan dan pendekatan kerakyatan, sambung Tohom, maka kawasan Jabodetabekjur akan menjadi contoh transformasi megapolitan yang sesungguhnya.
"Jadi kawasan yang berdaya saing, berkarakter, dan bermartabat,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]