Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menggarisbawahi pentingnya tata kelola berbasis data dan prediksi keramaian.
Ia menilai lonjakan kunjungan ke PIK menjadi pengingat bahwa manajemen kapasitas destinasi harus diantisipasi lebih matang.
Baca Juga:
Layak Dicontoh Wilayah Lain, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Desa Kertayasa Masuk Nominasi Pengelola Sampah Terbaik se-Jawa Barat
“Kita tak ingin wisatawan datang, lalu kecewa karena macet dan antrean panjang. Di sinilah pentingnya integrasi antar moda transportasi, teknologi informasi dalam sistem reservasi, hingga manajemen crowd control berbasis real-time,” paparnya.
Tohom juga menilai perlunya insentif kebijakan dari pemerintah pusat agar sektor pariwisata di kawasan aglomerasi menjadi prioritas lintas kementerian.
“Jangan sampai pariwisata hanya dilihat sebagai sektor hiburan. Ini sektor ekonomi strategis yang menyerap tenaga kerja, menghidupkan UMKM, dan memperkuat identitas lokal,” jelasnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Percepatan Pembangunan Tol Siantar–Saribu Dolok Akan Permudah Akses Pelebaran Jalan Karo–Dairi–Pakpak
Jika sektor pariwisata dikelola dengan visi kebangsaan dan pendekatan kerakyatan, sambung Tohom, maka kawasan Jabodetabekjur akan menjadi contoh transformasi megapolitan yang sesungguhnya.
"Jadi kawasan yang berdaya saing, berkarakter, dan bermartabat,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]