Jakarta.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional DPP MARTABAT Prabowo-Gibran menyambut positif rencana pembangunan Asthara Skyfront City, kota modern seluas 1.100 hektare yang akan berdiri di kawasan penyangga Bandara Soekarno-Hatta.
Proyek ambisius ini disebut sebagai penanda bahwa visi pembentukan kota global di kawasan aglomerasi Jabodetabekjur (Jakarta–Bogor–Depok–Tangerang–Bekasi–Cianjur) kian nyata terwujud.
Baca Juga:
Pemprov Jabar Perpanjang Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Hingga 30 Juni 2025
“Kami melihat proyek ini sebagai langkah akseleratif yang searah pembangunan pemerintahan Prabowo-Gibran, yang ingin mewujudkan pusat-pusat pertumbuhan baru berbasis konektivitas dan keberlanjutan,” ujar Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, Sabtu (24/5/2025).
Menurut Tohom, kehadiran Asthara Skyfront City menunjukkan bahwa sektor swasta telah mulai berpikir sistemik dalam mendukung tata ruang nasional.
“Kota ini tidak hanya mengusung konsep hunian, tetapi juga menjadi katalisator ekonomi, lingkungan, dan budaya urban baru,” ungkapnya.
Baca Juga:
Pemprov Jabar Perpanjang Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Hingga 30 Juni 2025
Ia menyoroti keberanian Asthara Group, entitas properti milik keluarga Fangiono, dalam menghadirkan kawasan terpadu berkelas dunia, dengan dukungan konsultan internasional seperti URBAN+, Townland Internasional, dan Hadiprana Design.
“Ini adalah sinyal kuat bahwa Indonesia tidak hanya siap membangun, tapi juga mendesain masa depan dengan standar global,” kata Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa Skyfront City menjadi model awal dalam membentuk simpul-simpul pertumbuhan aglomerasi yang merata dan terintegrasi.
“Kita butuh lebih banyak kota satelit yang bukan sekadar hunian, tapi juga punya peran strategis dalam mengurangi beban Jakarta dan menciptakan keseimbangan wilayah. Aglomerasi itu bukan hanya konektivitas fisik, tapi juga konektivitas fungsi,” ujarnya.
Ia pun mengapresiasi komitmen Asthara terhadap prinsip keberlanjutan.
Menurutnya, proyek ini menjadi refleksi transformasi paradigma pembangunan nasional dari sekadar pembangunan fisik menjadi penciptaan ruang hidup yang regeneratif.
“Kalau kota dibangun dengan filosofi keberlanjutan, maka dampaknya bukan hanya pada efisiensi, tapi juga kualitas peradaban. Itulah inti aglomerasi masa depan,” tegasnya.
Tohom berharap proyek ini menjadi pemantik bagi pengembang lain untuk melihat aglomerasi bukan sebagai jargon, melainkan sebagai peluang menyusun arsitektur wilayah yang berdaya tahan.
“Asthara Skyfront City adalah fondasi dari kota global Indonesia yang tidak hanya terhubung secara digital, tapi juga secara sosial dan ekologis,” sebutnya.
Sebelumnya, CEO Asthara Skyfront City, Supardi Ang, mengungkapkan bahwa kota seluas 1.100 hektare ini akan dirancang sebagai kawasan hunian, bisnis, dan gaya hidup terpadu yang ramah lingkungan.
“Kami berharap kehadiran Skyfront City dapat membuka lapangan kerja dan mendongkrak pengembangan kawasan sekitar,” katanya.
Board of Commissioner Asthara Group, Ciliandrew Fangiono, menambahkan bahwa pengembangan kota ini berakar dari nilai-nilai keluarga mereka, integritas, keberlanjutan, dan inovasi, yang akan menjadi prinsip dasar seluruh pembangunan.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]