"Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kejenuhan masyarakat setelah proses politik yang intens, seperti Pileg dan Pilpres di awal tahun," katanya.
Adi menilai pemilih cenderung mengharapkan proses yang lebih cepat dan efisien, dengan keyakinan bahwa salah satu pasangan calon akan memenangkan suara mayoritas dalam satu putaran.
Baca Juga:
DPD MARTABAT Prabowo-Gibran DKI Jakarta Dukung Ridwan Kamil-Suswono di Pilgub 2024
Di sisi lain, lanjutnya, para paslon perlu terus melakukan strategi kampanye yang efektif. Hal itu lantaran masih adanya 15,66 persen pemilih yang belum menentukan pilihan, dan total 23,26 persen responden menyatakan masih cukup besar (14,8 persen) dan sangat besar (8,46 persen) untuk mengubah pilihan.
"Maka ruang untuk perubahan tetap terbuka, dan strategi kampanye yang efektif dalam beberapa minggu ke depan akan menjadi penentu krusial hasil akhir Pilkada ini," kata Adi.
Survei Instrat dilaksanakan pada 25-30 September 2024 melibatkan 1.750 responden, wawancara tatap muka, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error 2,34 persen, dan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak berjenjang atau multistage random sampling.
Baca Juga:
Sulitnya Tembus 51 Persen: Duel Sengit Pilkada Jakarta Akan Terjadi di Putaran Kedua
[Redaktur: Andri Freatana]