Jakarta.WAHANANEWS.CO - Upaya menjadikan aglomerasi Jabodetabekjur sebagai kota global kembali mendapat dorongan konkret dari organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran.
Organisasi ini mengusulkan pemanfaatan infrastruktur terbengkalai berupa tiang-tiang monorel di Jakarta untuk jalur sky train yang menghubungkan kawasan Kuningan dengan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.
Baca Juga:
Anim Imamuddin Minta Koperasi Merah Putih Dipersiapkan Secara Matang dan Profesional
Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyatakan bahwa pemanfaatan tiang monorel ini adalah upaya visioner untuk mendukung mobilitas cerdas dalam kerangka besar percepatan integrasi kawasan aglomerasi Jabodetabekjur menuju kota global.
"Alih fungsi tiang monorel menjadi jalur sky train adalah contoh konkret rekayasa ulang aset mangkrak agar berdaya guna tinggi. Tak sekedar konektivitas, tapi juga representasi dari efisiensi fiskal dan keberanian untuk berinovasi," ujar Tohom di Jakarta, Jumat (30/5/2025).
Menurut Tohom, sky train yang membentang dari kawasan bisnis Kuningan menuju pusat olahraga dan budaya nasional di GBK akan menciptakan koridor mobilitas vertikal yang sangat dibutuhkan Jakarta.
Baca Juga:
Kompak! Wali Kota dan Dirut Perumda Tirta Patriot Letakkan Batu Pertama Relokasi Intake Rawatembaga
Kawasan GBK sendiri, menurutnya, telah bertransformasi menjadi destinasi wisata olahraga bertaraf internasional.
"Dengan tren sport tourism yang berkembang pesat, konektivitas cepat dan modern sangat krusial. Sky train ini akan menjadi penghubung antara pusat kegiatan bisnis dan olahraga. Kuningan–GBK adalah sumbu pergerakan kelas menengah atas dan wisatawan asing," imbuh Tohom.
Lebih lanjut, Tohom yang juga menjabat sebagai Ketua Aglomerasi Watch menyampaikan bahwa rencana tersebut dapat dijadikan proyek percontohan rekayasa ulang kota berbasis reuse dan transformasi aset.
Ia menggarisbawahi bahwa dalam konteks aglomerasi, konektivitas antarkawasan tidak boleh lagi ditunda.
"Selama ini kita bicara integrasi kawasan, tapi lupa bahwa sumbu vertikalnya harus dibangun. Jakarta tidak bisa hanya mengandalkan MRT dan LRT di satu-dua koridor. Sky train bisa menjawab kebutuhan di koridor pendek namun vital," jelasnya.
Selain itu, Tohom menilai bahwa proyek ini dapat mendukung visi Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK) dalam menjadikan kawasan GBK sebagai kawasan olahraga dan hiburan terkemuka di dunia.
Menurutnya, konektivitas menjadi instrumen agar kawasan GBK tak sekadar menjadi destinasi insidental, melainkan magnet permanen yang terkoneksi langsung dengan pusat kota dan area penginapan utama.
"Sky train adalah infrastruktur simbolik yang mencerminkan kemodernan dan efisiensi. Bayangkan wisatawan mancanegara turun di hotel Kuningan, lalu hanya perlu 10 menit ke GBK tanpa harus berkutat di kemacetan. Inilah cara berpikir kota global," kata Tohom.
Menutup pernyataannya, Tohom menegaskan bahwa percepatan aglomerasi Jabodetabekjur tidak cukup hanya dengan regulasi dan rencana jangka panjang. Dibutuhkan simbol-simbol konkret yang mampu mengubah persepsi publik dan investor.
"Tiang monorel jangan jadi saksi kegagalan masa lalu, tetapi landasan bagi keberanian masa depan," katanya.
Tohom berharap usulan ini dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan transportasi terintegrasi dan ramah lingkungan.
"Ini sejalan dengan cita-cita menjadikan kawasan aglomerasi sebagai episentrum pertumbuhan baru yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga bermartabat," pungkasnya.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]