Skenario model gempa Megathrust Selat Sunda itu, ujarnya, dilengkapi dengan skenario model tsunami.
"Bisa 10 meter lebih, belasan meter, bahkan mungkin 20 meter. Yaitu di Pantai Selat Sunda, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bengkulu. Teluk Jakarta juga kena, tapi hanya sekitar 50 cm, sekitar itu" papar Dwikorita.
Baca Juga:
Siklon Errol Muncul dari Laut, Cuaca Ekstrem Mengintai NTT hingga 19 April
"Nah ini kami juga buat model yang sama dengan asumsi gempa Megathrust di berbagai wilayah. Misalnya di Kota Cilegon, itu kan kota industri ya. Dampaknya bisa ada bencana ikutan. Peta-petanya sudah kami sampaikan ke pihak berwenang, pemerintah daerah terkait," tambahnya.
Demi mengantisipasi Megathruts, kata Dwikorita, BMKG juga melipatgandakan peralatan yang dibutuhkan untuk sistem peringatan dini, terutama tsunami, jika gempa Megathrust terjadi.
"Megathrust benar-benar kami jaga, kita lipatkan jumlah sensornya. Dan kita juga sedang siapkan sistem peringatan dini gempa bumi, sedang dalam proses penyiapan, dan bekerja sama dengan Taiwan," sebutnya.
Baca Juga:
BMKG: Kemarau 2025 Diprediksi Singkat, Petani Bisa Untung tapi Juga Terancam
"Kami juga pasang sensor-sensor muka laut, sensor-sensor cuaca, sirene Tsunami. Khusus megathrust Selat Sunda, kami kontribusi 15 sirene dan juga edukasi masyarakat. Karena menurut Undang-Undang tidak mengamanatkan BMKG menyiapkan sirene tsunami, jadi sebenarnya bukan wewenang BMKG. Karena di situ potensi terjadi multibencana," kata Dwikorita.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]