"Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya," kata Rahma.
Sedangkan untuk daerah perkotaan seperti Jakarta, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, upaya mitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.
Baca Juga:
Siklon Errol Muncul dari Laut, Cuaca Ekstrem Mengintai NTT hingga 19 April
"Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa," tambahnya.
Peringatan dan Antisipasi BMKG
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pemodelan guncangan gempa Megathrust Selat Sunda untuk mengantisipasi ancaman yang bisa menimpa wilayah RI.
Baca Juga:
BMKG: Kemarau 2025 Diprediksi Singkat, Petani Bisa Untung tapi Juga Terancam
Hal itu dibeberkannya saat jadi pembicara dalam webinar "Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi" yang ditayangkan Teknik Geofisika ITS di kanal YouTube resminya, 17 Januari 2025.
Dwikoreita menjelaskan, dari hasil pemodelan itu dapat diprediksi, wilayah yang akan terkena dampak guncangan gempa itu adalah Banten, Jakarta, Jawa Barat, Lampung, dan Sumatra Selatan dengan intensitas V-VII MMI dengan deskripsi terjadi kerusakan sedang-berat.
"Ini kami sampaikan kepada Pemerintah Daerah dan piak terkait agar melakukan antisipasi dan kesiapan. Kita nggak tahu apakah terjadi 2025, atau 2000 sekian, Wallahu A'lam ya, tapi kita harus siap," katanya.