WahanaNews-Jakarta | Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan sektor perbankan dan keuangan menjadi target utama serangan siber di Indonesia.
"Sektor keuangan jadi yang tertinggi dalam menghadapi serangan siber. Jenis serangannya beragam, dari ransomware, phishing, dan lainnya," kata Mawidyanto Agustian, Direktorat Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata dalam acara diskusi virtual, Kamis (28/10/2021).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Menurutnya, serangan siber ke sektor keuangan ini meningkat karena banyak orang yang bekerja dari rumah.
Jadi banyak orang mengakses jaringan kantornya dari rumah, dengan perlindungan yang mungkin kurang tinggi.
"Banyak yang kerja dari rumah, jadi mereka bisa mengakses jaringan kantor. Bisa saja itu tanpa proteksi, yang kemudian jadi celah untuk serangan siber," tambahnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Sementara itu, Mohamad Miftah, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam diskusi yang sama juga menyatakan kalau keamanan siber harus menjadi prioritas di sektor keuangan.
Namun menurutnya, menjaga keamanan siber di sektor ini tak bisa hanya dilakukan dari satu sisi, melainkan kerja sama dari berbagai pihak.
Masalahnya, selama ini serangan yang terjadi seringkali bukan karena sistem keamanan di pihak penyedia layanan yang lemah.
"Kelemahan masih ada dari sisi konsumen, dalam hal ini nasabah," ungkapnya.
Hal ini pun diiyakan oleh Michael Hamilton, Chief Strategy, Transformation & Digital Officer Mybank Indonesia, yang menganalogikan masalah ini dengan gembok di rumah.
"Percuma di rumah pakai gembok yang sangat aman tapi kuncinya disimpan gampang diambil," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengaku pihaknya terus mengedukasi nasabahnya untuk menjaga keamanan data pribadi. [non]