Perbandingan data dari tahun ke tahun, khususnya pada 2022, 2023, dan 2024, menunjukkan gambaran yang sangat jelas. Meskipun peringkat global Jakarta dalam indeks kemacetan menurun, peningkatan durasi perjalanan justru membuktikan bahwa tingkat kemacetan secara nyata semakin parah dan terus memburuk. Kondisi ini berlangsung pada era kepemimpinan Syafrin Liputo sebagai Kepala Dishub DKI Jakarta, yang telah menjabat sangat lama, yakni selama enam tahun lima bulan (6,5 tahun) sejak dilantik pada 8 Juli 2019. Situasi ini tentu patut menjadi perhatian serius bagi semua pihak, terutama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo.
Sebagaimana diketahui, mulai tahun 2022 Tom Tom memasukkan variabel durasi perjalanan per 10 KM dalam laporan lalu lintasnya. Sebelumnya, untuk tahun 2019, 2020, dan 2021, TomTom Traffic Index masih menggunakan tingkat kemacetan dalam persentase.
Baca Juga:
Kadishub Jakarta Minta Bus Angkutan Mudik Lebaran Yang Tak Layak Jalan Segera Lengkapi Persyaratan
Dengan demikian, perbedaan persepsi mengenai tingkat kemacetan sangat mungkin dipengaruhi oleh perubahan metodologi yang dilakukan Tom Tom Traffic Index. Pergeseran metode analisis tersebut berpotensi besar memengaruhi akurasi perbandingan data antar-tahun, termasuk data 2022, 2023, dan 2024 yang telah menggunakan pendekatan berbasis jarak 10 kilometer dan durasi perjalanan. Karena itu, penurunan atau kenaikan peringkat global tidak selalu mencerminkan kondisi riil di lapangan. Justru durasi perjalanan menunjukkan bahwa mobilitas di Jakarta semakin lambat dan tingkat kemacetan kian memburuk.
Meski persentase indeks kemacetan pada 2024 turun dibandingkan 2023, waktu tempuh perjalanan justru meningkat, dengan durasi 10 KM mencapai 25 menit 31 detik. Padahal, pada 2023 TomTom Traffic Index mencatat waktu tempuh 10 kilometer di Jakarta hanya 23 menit 20 detik. Bahkan pada 2022, waktu tempuh untuk jarak yang sama hanya 22 menit 40 detik. Fakta ini menunjukkan bahwa kondisi kemacetan secara nyata semakin parah dan terus memburuk.
Kemacetan pada jam sibuk tetap menjadi momok bagi mobilitas warga Jakarta. Pada Jumat sore, sekitar pukul 18.00–19.00 WIB, waktu tempuh untuk menempuh jarak 10 kilometer dapat mencapai 30–33 menit. Seluruh data ini merupakan temuan objektif dari perusahaan navigasi Belanda, Tom Tom, bukan sekadar opini.
Baca Juga:
Miris! 97 PNS di Dishub DKI Jakarta Diduga Terlibat Judi Online, Transaksi Capai Rp 1,4 M
Bahkan, merujuk data dari INRIX—perusahaan analitik lalu lintas global asal Amerika Serikat—Jakarta masih berada di peringkat ke-7 sebagai kota termacet dari 946 kota di 37 negara pada tahun 2024.
INRIX juga mencatat bahwa kecepatan rata-rata kendaraan bermotor di pusat kota Jakarta hanya sekitar 13 mil per jam atau setara 20 kilometer per jam.
Menurut laporan INRIX 2024 Global Traffic Scorecard, Jakarta naik menjadi kota termacet ke-7 di dunia, meningkat dari posisi ke-10 pada 2023. Pengemudi di Jakarta kehilangan rata-rata 89 jam per tahun akibat kemacetan—naik 37 persen dibanding tahun sebelumnya—dan angka ini setara dengan tingkat kemacetan di kota-kota besar seperti New York dan London.