Model machine learning BrainEye terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan, menjadikannya semakin presisi dan dapat diandalkan seiring waktu. AI bukan hanya bagian dari kesuksesan BrainEye saat ini, tetapi juga menjadi kunci evolusi masa depan BrainEye dalam teknologi kesehatan otak.
“Misi BrainEye adalah merevolusi perawatan neurologis dan keselamatan olahraga dengan teknologi berbasis AI yang mudah diakses. Indonesia adalah pasar yang berkembang pesat dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan otak, performa olahraga, dan layanan kesehatan digital,” ujar Steven Barrett, Chief Operating Officer BrainEye saat menggelar Konferensi Pers di Pullman Hotel Thamrin, Jakarta Pusat, dikutip Selasa (24/3/2025).
Baca Juga:
Berikut 6 Tips Cara Mudah Mengatasi Bibir Kering dan Pecah-pecah
“Kami melihat ini sebagai peluang besar untuk memberikan dampak nyata melalui kemitraan strategis—dengan Austrade, otoritas kesehatan Indonesia, dan organisasi olahraga. Kami terus mengembangkan aplikasi ini, termasuk memperluas ke pasar baru. Dengan masuk ke Indonesia, kami tidak hanya menawarkan aplikasi kesehatan otak inovatif, tetapi juga berinvestasi dalam masa depan perawatan preventif, keselamatan atlet, dan aksesibilitas kesehatan digital di wilayah ini,” sambung Steve.
Ia menjelaskan, AI dan machine learning memainkan peran penting dalam aplikasi kami dan akan semakin signifikan di masa depan.
“Semakin banyak data yang kami miliki, semakin baik kinerja aplikasi kami. Model machine learning kami terus berkembang dengan setiap tes yang dilakukan aplikasi, membuat algoritma kami semakin akurat dan dapat diandalkan,” tambah Steven.
Baca Juga:
Berikut ini 5 Tips Menghindari Gigi Kuning Setelah Minum Kopi
Menurutnya, BrainEye memiliki aplikasi luas di berbagai industri, termasuk dalam keselamatan olahraga, neurologi klinis, kesehatan mental, dan perawatan lansia.
Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk lebih memahami kondisi kesehatan otak mereka dengan deteksi dini yang proaktif, sebelum gejala fisik muncul. Dengan 1 dari 3 orang—atau sekitar 2,6 miliar orang di seluruh dunia—diperkirakan mengalami gangguan neurologis, serta hingga 75% kasus yang tidak terdiagnosis, BrainEye menawarkan solusi skalabel untuk mengurangi kasus yang tidak terdeteksi.
Selanjutnya, Associate Professor Joanne Fielding, Chief Scientific Officer BrainEye, menjelaskan, gangguan neurologis sering kali baru terdiagnosis pada tahap akhir, setelah terjadi penurunan fungsi atau perilaku yang signifikan.