WahanaNews-Jakarta | Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya memanfaatkan limbah kulit jeruk untuk pembangkit energi listrik yang dinamakan Microbial Fuel Cell. Solusi berupa energi alternatif diperlukan guna menekan krisis energi di masa depan.
Ketua Tim Ester Bonita limbah pengolahan jeruk hingga saat ini masih belum begitu banyak dimanfaatkan potensinya.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Padahal limbah pengolahan jeruk mempunyai kandungan asetat yang dapat menghasilkan konduktivitas sehingga berpotensi digunakan sebagai pembangkit energi listrik.
Limbah kulit jeruk dimanfaatkan kadar asetatnya untuk menghasilkan konduktivitas yang lebih besar di Microbial Fuel Cell (MFC).
Dalam proses pembuatannya, kulit jeruk ditambah dengan air, larutan buffer, EM4 sebagai mikroorganisme, dan Glukosa sebagai nutrient.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Proses ini disebut preparasi substrat Citrus Processing Waste Water (CPWW),” katanya, dikutip dari laman UB, pada Sabtu (3/9/2022).
Harapannya kombinasi CPWW pada MFC dan anoda termodifikasi komposit Carbon Nanotube (CNT)/TiO2 dapat meningkatkan densitas daya yang dihasilkan.
“Penelitian kami baru menyelesaikan tahapan uji stabilitas substrat CPWW, perakitan reaktor MFC, pembuatan anoda yang akan dimodifikasi dengan komposit Carbon Nanotube (CNT)/TiO2, dan sedang dalam tahap pengujian MFC dengan 4 jenis uji yakni uji luas area, uji power density, uji voltase, dan uji performa. Data yang dihasilkan dari pengujian tersebut nantinya akan dianalisis dan disajikan dalam penyusunan laporan kemajuan, laporan akhir, dan artikel ilmiah sebagai luaran penelitian,” jelas Ester.