Jakarta.WAHANANEWS.CO - MARTABAT Prabowo-Gibran menyampaikan apresiasi terhadap langkah strategis pemerintah dalam membuka pintu kerja sama internasional untuk pembangunan Giant Sea Wall (GSW), proyek raksasa pengamanan pantai utara Jawa yang mencakup kawasan aglomerasi Jabodetabekjur.
Kolaborasi dengan China, Korea Selatan, serta kelanjutan komitmen Belanda dinilai menjadi batu loncatan penting menuju kesiapan Indonesia menjadi kota global berbasis ketahanan iklim.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Menkop Jadikan Isu Sampah Prioritas dalam Pendirian KopDes
Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyambut baik terbukanya kemitraan lintas negara dalam proyek strategis ini.
Ia menilai GSW bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi simbol kesiapan Indonesia menghadapi tantangan lingkungan perkotaan abad ke-21.
“Proyek ini bukan hanya menyelamatkan garis pantai dari ancaman rob dan kenaikan air laut, tetapi juga menciptakan fondasi bagi metropolitan baru yang berkelas dunia,” ujar Tohom.
Baca Juga:
HS-1306 Terbangkan Pejabat UNIFIL, TNI AL Unjuk Gigi dalam Latihan Maritim di Lebanon
“Dengan pendekatan teknokratik yang kuat dan mitra internasional yang kredibel, ini menjadi bentuk keberanian Indonesia memosisikan dirinya di peta pembangunan global.”
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch menyebut pentingnya memastikan bahwa proyek ini tetap berpihak pada masyarakat pesisir.
Ia mendorong agar studi kelayakan dan DED yang sedang disusun tidak hanya berorientasi pada aspek teknis, tetapi juga mengintegrasikan kebijakan perlindungan sosial, relokasi adil, dan partisipasi publik.
“GSW ini akan mengubah wajah Jabodetabekjur. Tapi transformasi semestinya bukan hanya untuk investor, melainkan juga menyentuh nelayan, komunitas lokal, dan ekosistem pesisir yang rentan. Transparansi dan akuntabilitas harus menjadi kunci,” tegasnya.
Lebih jauh, Tohom menyebut bahwa keterlibatan China dan Korea Selatan bisa menjadi pemicu transfer teknologi dan pembelajaran kebijakan lintas negara.
Menurutnya, keahlian Korea dalam sistem perlindungan pesisir urban dan pengalaman China dalam pembangunan infrastruktur berskala besar dapat melengkapi dukungan teknis Belanda yang telah terlibat sejak fase awal NCICD.
“Kalau Indonesia bisa memadukan disiplin Belanda, efisiensi Korea, dan skala China, maka kita benar-benar sedang membangun pelindung peradaban masa depan,” ujarnya optimistis.
Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyebut bahwa sejumlah negara telah menyatakan minat serius untuk terlibat dalam proyek GSW.
China dan Korea Selatan saat ini sedang menjajaki keterlibatan lebih dalam, sementara Belanda telah mengalokasikan dana hingga 300 juta euro melalui Invest International sebagai dukungan terhadap proyek-proyek strategis Indonesia, termasuk pembangunan tanggul laut, instalasi air minum dari air gambut, dan inisiatif waste-to-energy di beberapa wilayah.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen, menegaskan bahwa dukungan negaranya terhadap program pengamanan pesisir telah berlangsung sejak 2008 dan akan terus diperkuat melalui berbagai instrumen pendanaan berkelanjutan yang bersifat hibah dan pinjaman lunak.
Dengan kolaborasi multinasional yang semakin konkret, pembangunan Giant Sea Wall kini tak hanya menjadi proyek rekayasa teknik, tetapi juga simbol kesiapan Indonesia mengamankan masa depan kawasan megapolitan terbesar di Asia Tenggara.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]