Dalam kajian di Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, ada 3 titik sumber sampah, pertama sampah yang berasal dari rumah tangga, kedua dari kawasan ma diri atau dunia usaha, dan ketiga dari fasilitas umum atau fasilitas publik lainnya.
“Kita fokus di rumah tangga saja karena jumlah sampah terbesar ada di rumah tangga,” jelasnya.
Baca Juga:
Atasi Masalah Sampah, MARTABAT Prabowo-Gibran Minta Pemda Tiru Pemkab Pandeglang Pinjam Uang ke Bank untuk Biayai Pembangunan Infrastruktur
Sampah-sampah di lingkup RW yang berasal dari rumah tangga ini, dikelola oleh BPS Rukun Warga.
Ia berharap melalui mesin pemilah sampah terbaru ini, BPS RW dapat bekerja maksimal menghasilkan lebih banyak output sampah yang dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.
Ia juga berharap nantinya sampah-sampah residu yang tidak dapat didaur ulang lagi jumlahnya tidak banyak lagi untuk dibuang ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
Baca Juga:
Sampah Berserakan di Binjai, Pemko Janji Perbanyak Titik Bak Sampah Tahun Ini
“Saya berharap melalui mesin pemilah sampah ini, pengelolaan sampah di BPS dapat terkelola dengan baik. Adapun sampah yang ukuran besar (bulky waste) sudah ada tempat pembuangan yang dikelola UPS Badan Air di TB Simatupang,” jelasnya.
Hariadi menambahkan mesin pemilah sampah ini perlu dilengkapi konveyor agar dapat mensortir batu, logam, besi, kain, dan karung karena akan mempengaruhi fungsional mesin tersebut, sehingga edukasi kepada petugas menjadi hal sangat penting agar output dan outcome sampah sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Hariadi, penggunaan mesin pemilah sampah di BPS RW 05 ini sebagai prototipe solusi bagi RW maupun BPS RW untuk menyelesaikan sampah di sumbernya.