JAKARTA.WAHANANEWS.CO, Jakarta Barat - Sebagian warga RW 011 Cengkareng Barat, Jakarta Barat, masih bertahan di pengungsian setelah banjir menerjang wilayah mereka sejak Rabu (29/1/2025) lalu.
Diketahui pada Jumat (31/1/2025), ada 190 pengungsi yang masih bertahan di masjid maupun gereja setempat.
Baca Juga:
Hujan Deras dan Rob Terjang Sulteng, Warga di 6 Desa Terdampak
Kini, jumlahnya sudah berkurang 50 persen lantaran banjir yang menggenangi rumah-rumah mereka berangsur-angsur surut.
Hal itu sebagaimana diungkap oleh salah satu korban terdampak banjir, Febiyan kepada Warta Kota, Sabtu (1/2/2025).
"50 persen berkurang (pengungsi), air sudah surut dengan status waspada," kata Febiyan.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Pekalongan Siapkan Posko Pengungsian untuk Warga Terdampak Banjir
Dengan perubahan status tersebut, Febiyan dan sejumlah warga lain kini mulai merapikan rumah-rumahnya.
Satu persatu mereka mengambil barang serta furnitur yang sebelumnya mengambang di atas kubangan banjir.
Sejumlah barang-barang yang rusak, dikumpulkan di bagian luar rumah untuk dibuang.
Sementara barang lain yang masih terpakai, dibersihkan dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.
Kepada Warta Kota, Febiyan mengaku mengalami kebangkrutan buntut musibah banjir ini.
Pasalnya, rumah yang ia tempati bersama kakak, paman, dan keluarganya yang lain, tenggelam sebagiannya.
Hal itu membuat semua harta bendanya luluhlantah dan sulit untuk diselamatkan.
"Kebangkrutan sih pasti. Usaha apalagi, kan saya juga ada angkringan juga, ada usaha juga," kata Febiyan.
"Cuma kalau buat dibilang sedih ya mau gimana. Kita enggak bisa ngatur juga kan. Jadi bawa senang aja, semua ada hikmannya pasti," imbuh dia.
Febiyan yang kini mengurusi korban banjir juga merasa jika yang merasakan musibah ini bukan hanya dirinya, tetapi juga para tetangganya.
Sehingga, meski dipastikan ia mengalami kebangkrutan, namun Febiyan berharap ke depannya hal ini bisa menjadi pembelajaran untuk pemerintah agar lebih baik membenahi saluran air di dekat pemukiman-pemukiman warga.
Pasalnya menurut Febiyan, wilayahnya itu berbentuk mangkuk.
Sehingga, luapan air kiriman kerap masuk dan membanjiri area sekitar tempat tinggalnya.
"Di sini juga jalannya belum rata tinggi. Ada yang pendek, ada yang rendah. Itu saluran irigasi buat pembuangan dari waduknya juga belum terarah," kata Febiyan.
"Jadi paling minta pembantukan dari pemerintah, buat jalur-jalur airnya," imbuh dia.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Diah (53).
Dirinya yang memiliki toko alas kaki di depan rumahnya itu, harus merelakan semua barang dagangannya tak lagi layak untuk dijual.
Pasalnya, seluruh sendal maupun sepatu yang dijualnya tandas tak bersisa akibat tertelan arus banjir.
"Habis semua ya Allah toko saya," kata Diah dengan lirih.
Diah bahkan tak tahu harus bagaimana lagi memulai usaha dan merapihkan rumahnya yang sudah luluhlantah.
Menurutnya, banjir ini merupakan yang terbesar selama dirinya tinggal di kawasan RW 011, Cengkareng Barat, Jakarta Barat.
"Biasanya enggak pernah setinggi ini, makanya saya ke atas-atasin barang, ternyata habis semua," ungkap Diah.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) mulai Sabtu (1/2/2025) hinga Kamis (76/1/2025).
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap prakiraan cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di wilayah Jakarta.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, telah menginstruksikan jajarannya untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terulangnya kejadian serupa yang dapat mengakibatkan bencana.
"BMKG telah mengeluarkan peringatan tentang potensi cuaca hujan yang dapat terjadi hingga 6 Februari mendatang," ungkapnya pada Jumat, 31 Januari 2025.
Operasi ini akan berpusat di Bandara Halim Perdanakusuma, menggunakan pesawat Cesna milik TNI AU dengan jumlah penerbangan mempertimbangkan dari weather forecaster & Flight Scientist BMKG.
Sekretaris BPBD Provinsi DKI Jakarta Marulitua Sijabat menyampaikan, kegiatan OMC akan berlangsung setiap hari dari pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB, dengan pengawasan dari BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Tujuannya, untuk memastikan pelaksanaan tidak mengganggu penerbangan komersial dan militer.
“Dengan pelaksanaan OMC ini, Pemprov DKI Jakarta berharap dapat meminimalisir risiko bencana akibat cuaca ekstrem yang diprediksi akan melanda wilayah Jakarta,” tuturnya.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]