"Apa yang kami ketahui kini adalah tempat pengolahan limbah air paling modern dan efisien sekalipun tidak sepenuhnya mampu mengurai zat-zat ini sebelum dibuang ke sungai atau danau," lanjutnya.
Dia menuturkan, obat yang paling banyak ditemukan di lokasi pengambilan sampel di antaranya carbamazepine yang biasa digunakan sebagai obat epilepsi, serta metformin yang dipakai sebagai obat diabetes.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Tiga zat lainnya yang paling banyak didapati adalah kafein, nikotin, dan paracetamol.
"Kami dapat mengatakan (dampak keberadaan limbah farmaseutikal di sungai) kemungkinan besar negatif. Tapi harus dilakukan tes masing-masing zat dan saat ini kajian seperti itu relatif sedikit," jelas Dr Veronica Edmonds-Brown, ahli ekologi perairan dari University of Hertfordshire, Inggris.
Sementara, sungai-sungai yang paling tercemar berada di negara dengan penduduk berpenghasilan rendah hingga menengah, termasuk Pakistan, Bolivia, dan Ethiopia.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Laporan tersebut juga menyebutkan, semakin banyak obat antibiotik di sungai maka bisa menyebabkan berkembangnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
Hal ini tentunya akan merusak efektivitas obat dan pada akhirnya menimbulkan ancaman terhadap lingkungan, maupun kesehatan global. [non]