Sementara barang lain yang masih terpakai, dibersihkan dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.
Kepada Warta Kota, Febiyan mengaku mengalami kebangkrutan buntut musibah banjir ini.
Baca Juga:
Dilanda Banjir, Proses Belajar Mengajar di Perguruan NU Barus Terhenti
Pasalnya, rumah yang ia tempati bersama kakak, paman, dan keluarganya yang lain, tenggelam sebagiannya.
Hal itu membuat semua harta bendanya luluhlantah dan sulit untuk diselamatkan.
"Kebangkrutan sih pasti. Usaha apalagi, kan saya juga ada angkringan juga, ada usaha juga," kata Febiyan.
Baca Juga:
Banjir Bandang Seret Sepuluh Mahasiswa UNG, Tiga Orang Tewas
"Cuma kalau buat dibilang sedih ya mau gimana. Kita enggak bisa ngatur juga kan. Jadi bawa senang aja, semua ada hikmannya pasti," imbuh dia.
Febiyan yang kini mengurusi korban banjir juga merasa jika yang merasakan musibah ini bukan hanya dirinya, tetapi juga para tetangganya.
Sehingga, meski dipastikan ia mengalami kebangkrutan, namun Febiyan berharap ke depannya hal ini bisa menjadi pembelajaran untuk pemerintah agar lebih baik membenahi saluran air di dekat pemukiman-pemukiman warga.