Asat Gusma menambahkan bahwa FGD dimaksudkan untuk mensinkronkan dua tujuan tersebut, mensinergikan Pancasila dengan Deklarasi Jakarta-Vatikan.
“Karena di dalam poin deklarasi salah satunya adalah komitmen generasi muda bagaimana mengimplementasikan Pancasila dan mensosialisasikan nilai-nilai atau sejarah yang disusun Bapa Suci Paus Fransiskus bersama Imam Besar At-Thayeb yakni dokumen Abu Dhabi. Kira-kira seniornya itu Dokumen Abu Dhabi yuniornya itu Dokumen Jakarta-Vatikan,” jelasnya.
Baca Juga:
KWI Kunjungi Organisasi Kepemudaan Lintas Agama, Ada Apa?
Oleh karena itulah, sambung Gusma, diskusi juga mengundang BPIP agar dapat mendukung sosialisasi atau bagaimana Dokumen Jakarta-Vatikan bisa masuk menjadi salah satu instrumen dalam program-program BPIP ataupun Kementerian-kementerian dan lembaga yang berkompeten.
“Karena dokumen ini menjadi dokumen sejarah, dan satu langkah awal. Bahkan Vatikan pun menagih komitmen kita, seandainya ini akan masih dilaksanakan akan ada senbuah perjanjian yang lebih permanen antara Indonesia dan Vatikan, khususnya pemuda lintas agama,” katanya.
Baca Juga:
Jadi Tuan Rumah Orientasi Pengurus dan Rapat Kerja Pemuda Katolik, SMK Nawa Cita Mego Liburkan Siswa
Asat Gusma berharap bahwa Deklarasi Jakarta-Vatikan tidak berhenti pada diskusi.
“Bukan soal eksistensi pemuda lintas agama tetapi soal isi di dalam deklarasi itu dan juga komitmen kita yang ditunggu oleh masyarakat umum,” katanya.
Diskusi sekitar 2 jam malam itu berlangsung sangat menarik dan cukup seru dengan keterlibatan aktif para peserta yang memenuhi ruangan.