Contohnya di Jatibening, Jatikramat, Kranji, Cipondoh Indah, Jatimulya, Pondok Pucung, Kunciran Jaya, Sudimara Pinang, Paninggalan Utara, Marunda, dan sebagainya.
Sedangkan tanah di wilayah Jelambar Baru, Krendang, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Sukabumi Utara dan Selatan, Pondok Jaya, Rawa Buaya, Tegal Laut, dan sebagainya menyentuh nilai tanah Rp 5 juta - Rp 20 juta per meter persegi.
Baca Juga:
Dominasi Sejak Awal, Indonesia Libas Filipina 28–3 di Laga Perdana Polo Air SEA Games
Kemudian Ancol, Serdang, Duren Tiga, Kedoya Selatan, Klender, Cakung Barat, Rawa Terate, Suka Pura, Jelambar, Tanjung Duren, dan sebagainya berada di level Rp 20 juta - Rp 50 juta per meter persegi.
Bergeser ke pusat Jakarta, seperti Senayan, Kebon Melati, Menteng, Pondok Pinang, Sunter Jaya, Kelapa Gading Barat, Kapuk Muara, Pluit, Kembangan Utara, dan sebagainya, harganya sudah bertengger di angka Rp 50 juta ke atas per meter persegi.
"Tanah senilai Rp 1 juta per meter persegi itu, aksesibilitasnya parah dan selebihnya sudah sangat tidak terjangkau. Apalagi middle low housing development, sangat tidak terjangkau transportasi publik," jelas Iwan.
Baca Juga:
Transparansi Terjaga, Kemensetneg Raih Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik 2025
Tantangan Wilayah Perkotaan Jakarta
Secara umum, tantangan dari wilayah perkotaan seperti Jakarta adalah land limitation atau lahan terbatas, populasi tinggi, dan kenaikan harga konstruksi.