“Awalnya kita coba bercocok tanam. Nanti kita mikir, oh pupuknya dari mana? Kita mulai bikin kompos dari sampah-sampah warga yang ditumpuk di sebuah lubang sampai membusuk,” kenang Andy.
Setelah berjalan dua tahun, A-Green mulai bersinergi dengan Sudin LH Jakarta Barat dengan adanya bantuan mesih pencacah sampah.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Tekad Pemprov Bali Jadi Destinasi Wisata Bebas Sampah Dunia
“Berjalan swadaya murni. Tidak ada bantuan, benar-benar usaha sendiri dan tenaga sendiri. Setelah dua tahun kami dapat bantuan mesin pencacah sampah dari Sudin LH Jakarta Barat,” ungkapnya.
Andy mengaku bahwa apa yang A-Green lakukan setelah beberapa tahun itu tidak sepenuhnya mendapat dukungan warga sekitar termasuk memberikan bantuan dana.
“Kalau bantuan, enggak ada yang mau bantu kami, karena masih berantakan, dan enggak ada orang yang percaya, kalau kita mau minta bantuan, warga takut dikemanain nanti bantuan itu,” kata dia menjelaskan.
Baca Juga:
Bank Kalsel Serahkan Bantuan CSR Mesin Pengelolaan Sampah untuk Banjarmasin
Seiring berjalannya waktu, A-Green terus melakukan kegiatan-kegiatan produktif serta inovatif meski masih swadaya warga, berdikari sendiri tanpa bantuan siapa-siapa.
Kali ini, Andy berpikir bagaimana tanaman yang dibudidayakan di lahan itu dapat kembali dikonsumsi warganya, bahkan dapat menambah pundi-pundi kas A-Green.
Membudidayakan tanaman sayuran hidpronik se-ekonomis mungkin. [WAHANANEWS /TIO]